TEMPO.CO, Jakarta – Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar, mengatakan Eropa sedang melakukan berbagai cara elegan untuk keluar dari masalah melambungnya harga energi. Negara-negara di benua tersebut sedang mengalami masalah akibat kenaikan harga batu bara dan gas di tengah meningkatnya kebutuhan energi memasuki musim dingin.
“Pertama, Eropa mengembalikan sebagian profit dari perusahaan listrik ke konsumen,” ujar Arcandra Tahar dalam tulisan di media sosial Instagram-nya, Sabtu, 9 Oktober 2021.
Cara kedua adalah Eropa mengurangi pajak pertambahan nilai atau PPN sampai 90 persen. Adapun ketiga, Indonesia membatasi harga gas ke konsumen yang kurang mampu.
Selanjutnya cara keempat, negara-negara menambah anggaran subsidi. Terakhir atau kelima, Eropa memindahkan alokasi dana untuk pengembangan energi terbarukan ke pengurangan pajak.
Adapun Eropa tengah menghadapi situasi yang sulit di tengah kebijakan yang dilematis. Dua sumber energi, yakni gas dan batu bara, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama memasuki musim dingin belakangan mengalami fluktuasi harga.
Harga batu bara melambung tajam diikuti gas. Peningkatan harga komoditas semakin terasa akibat beberapa negara Eropa menerapkan pajak karbon yang tinggi. Walhasil, konsumen merasa semakin terbebani dan biaya energi untuk industri menjadi tidak kompetitif.
Sejumlah negara di Eropa pun, kata Arcandra, tengah mempertanyakan kebijakan Uni Eropa ihwal pembatasan emisi yang dianggap terlalu cepat dan ketat. Apalagi kenaikan harga komoditas batu bara dan gas tidak bisa diprediksi lama waktunya.
“Sudah siapkah negara negara Eropa mengantisipasi gelombang protes dari rakyatnya akibat naiknya biaya energi?” tutur Arcandra. “Kalau harga tinggi terjadi dalam waktu lama, apakah pertumbuhan ekonomi yang diharapkan bisa tercapai?” katanya, lagi.
Sebelumnya Uni Eropa berkeinginan mengurangi emisinya hingga 55 persen pada 2030 menuju nol karbon. Untuk mencapai target tersebut, Uni Eropa mengenakan pajak untuk polusi yang dihasilkan terhadap industri padat energi.
Arcandra mengatakan perlu strategi yang tepat untuk melakukan transisi energi yang bertujuan menjadikan bumi lebih sehat. Langkah-langkah yang cenderung emosional dalam membuat kebijakan, kata dia, sudah saatnya untuk ditinjau ulang.
“Semoga kita semakin paham bahwa tidak mudah untuk membuat energy policy yang berkeadilan. Diperlukan kecermatan, ketelitian dan ketajaman membaca tanda-tanda zaman,” kata Arcandra.
Baca Juga: Pertamina Ungkap Rencana Produksi dan Digitalisasi Blok Rokan