INFO BISNIS – Aksi korporasi penerbitan 28,2 miliar saham baru (right issue) PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk untuk pembentukan Holding Ultra Mikro telah terserap seluruhnya dan bahkan mengalami oversubscribed. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Utama BRI Sunarso dalam acara Opening Bell di Bursa Efek Indonesia 29 September.
Hadir di acara tersebut Menteri BUMN RI Erick Thohir, Wakil Menteri II BUMN RI Kartika Wirdjoatmodjo, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesendan, Direktur Utama BEI Inarno Djajadi,Wakil Dirut BRI sekaligus Ketua PMO (Project Management Office), Catur Budi Harto, serta Dirut Pegadaian Koeswiyoto.
Total nilai Right Issue BRI mencapai Rp 95,9 triliun, yang terdiri dari Rp 54,7 triliun dalam bentuk partisipasi non tunai Pemerintah dan Rp 41,2 triliun dalam bentuk cash proceed dari pemegang saham publik, dimana Rp27,9 triliun diantaranya berasal dari pemegang saham asing.
Pencapaian ini menorehkan sejarah, rights issue BRI menjadi yangterbesar di kawasan Asia Tenggara, menduduki peringkat ketiga di Asia, dan peringkat ketujuh di seluruh dunia. Hal ini diharapkan dapat memberikan angin segar bagi transaksi pasar modal di Indonesia.
Menteri BUMN RI Erick Thohir mengungkapkan keberhasilan ini merupakan sebuah prestasi dikarenakan terjadi pada saat market sedang turbulence, sehingga diharapkan right issue ini akan membuat market kembali bergairah.
“Melalui Holding Ultra Mikro (UMi), UMKM bisa menjadi pertumbuhan ekonomi yang sangat penting. Saat ini 60 persen ekonomi ditopang UMKM, dan UMKM bukan objek tapi subjek yang harus diperjuangkan bersama sama. Sinergi UMi akan membuat pelaku usaha ultra mikro mendapat akses dana lebih mudah, mendapatkan pendampingan serta akses lebih mudah untuk naik kelas,” ujarnyaErick.
Senada dengan Erick Thohir, Sunarso menambahkan dengan hasil rights issue tersebut, maka kepemilikan saham publik masih dapat terjaga di atas 40 persen sesuai target BRI.“Tingginya minat terhadap rights issue BRI ini mencerminkan kepercayaan pemegang saham terhadap visi yang dibangun Pemerintah melalui BRI untuk semakin fokus pada penetrasi keuangan dengan mengamankan sumber pertumbuhan baru di segmen mikro,” katanya.
Menurut Sunarso, pencapaian tersebut tidak mudah karena proses rights issue BRI dan pembentukan Holding Ultra Mikro dilakukan di tengah kondisi ekonomi yang berjuang bangkit akibat pandemi Covid-19. “Keberhasilan ini akan mengobarkan semangat BRI dan Holding Ultra Mikro untuk membawa jutaan pelaku usaha ultra mikro naik kelas dan memberikan kontribusi positif bagi para stakeholders, dan perekonomian nasional,” ujarnya
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen menjelaskan kesuksesan ini menjawab keraguan para investor, para pengamat, pasar Indonesia, dan terhadap pemulihan ekonomi di Indonesia.
“Base ekonomi kita pertumbuhannya ke depan akan lebih bertumbuh pada pertumbuhan di UMKM. Dan ini juga merupakan hal yang akan terus kita dorong dari OJK, dan kami akan sangat support terhadap pengembangan daripada UMKM ini. Ternyata di Indonesia ini banyak sekali masyarakat yang ekonominya bertumpu dari kegiatan sehari-hari. Kami menyambut baik kegiatan ini merupakan selebrasi kita semua,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJKHoesen.
Sedangkan Dirut Utama PT BEI Inarno Djajadi menambahkan pencapaian membanggakan ini tak lepas dari upaya dan kerja keras BRI menjaga kinerja dan fundamental perusahaan. Saham BBRI merupakan saham dengan kinerja luar biasa dan selalu masuk konstituen LQ45 sejak Februari 2005.
“BBRI juga termasuk perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia dan menjadi saham yang paling aktif ditransaksikan berdasarkan nilai. Dengan adanya right issue ini dan potensi bisnis yang besar karena terdorong Holding BUMN Ultra MIkro, saham BBRI tentu akan bertambah menarik dan meningkatkan optimisme investor untuk terus mengapresiasi saham BBRI,” ujar Inarno.(*)