Sementara anggota Holding BUMN Farmasi lainnya pada Semester 1/2021, yakni Kimia Farma membukukan pendapatan Rp 5,56 triliun. Berasal dari penjualan produk pihak ketiga Rp 4,1 triliun, serta vaksin gotong royong Rp 402,9 miliar.
Indofarma pada Semester 1/2021 membukukan pendapatan Rp 849,33 miliar. Berasal diantaranya dari penjualan obat generik berlogo dan ethical Rp 492,79 miliar, sisanya dari penjualan alat kesehatan, multivitamin, dan lainnya.
Honesti mengklaim, kinerja Holding BUMN Farmasi di luar penugasan pemerintah menghadapi pandemi Covid-19 masih in the track. Kendati diakuinya ada sejumlah tantangan yang dihadapi, diantaranya penjualan produk ekspor yang terkendala lockdown beberapa negara yang menerima produk Holding Farmasi.
Holding BUMN Farmasi dibentuk 31 Januari 2020, dua bulan sebelum pandemi Covid-19. Terdiri dari Bio Farma sebagai induknya, bersama Kimia Farma, dan Indofarma sebagai anak perusahaannya. Holding tersebut memiliki 13 pabrik, 78 jaringan apotek, seeta 560 laboratorium klinik di Indonesia.
Honesti mengatakan, prioritas Holding saat ini menata ulang portofolio produk terutama untuk Kimia Farma dan Indofarma agar keduanya memiliki diversitas dan fokus jenis produk yang berbeda.
"Penataan ulang portofolio produk ini, menjadi prioritas kami, mengingat produk Kimia Farma dan Indofarma, ada yang saling beririsan. Hal ini kami lakukan agar dapat memenuhi kebutuhan pemerintah akan obat dan dapat menurunkan harga produk yang saling bersaing," kata Honesti.
Holding Farmasi sudah menetapkan jenis produk yang akan dihasilkan oleh masing-masing entitas baik Kimia Farma yang fokus dengan produk chemical, serta Indofarma dengan produk herbal dan alkes
BACA: 90 Persen Bahan Baku Impor, Bos Bio Farma: Industri Farmasi di RI Tidak Sehat
AHMAD FIKRI