TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menceritakan pendapatnya tentang teknologi yang digunakan untuk proyek Australia-Asia Powerlink. Proyek itu mentransmisikan energi baru terbarukan berkapasitas 10 gigawatt dari Australia ke Singapura.
Proyek yang dikembangkan perusahaan Sun Cable tersebut akan membangun pembangkit listrik tenaga surya yang diklaim terbesar di dunia dengan kabel listrik bawah laut terpanjang. Kabel ini rencananya melewati wilayah teritorial Indonesia.
“Saya ingat pertama kali kami membahas proyek ini dengan Andrew Forrest beberapa waktu lalu. Saya terkejut dengan teknologi ini. Kami tidak dapat membayangkan bahwa seratus ribu megawatt Anda dapat mentransfer dari Sun Cable (Australia) ke Singapura,” ujar Luhut dalam konferensi pers, Kamis, 23 September 2021.
Andrew Forrest yang dimaksud Luhut adalah taipan asal Australia. Dia merupakan Chairman Fortescue Future Industries dan investor Sun Cable. Luhut mengatakan sempat berbincang dengan Andrew untuk mengembangkan proyek energi baru terbarukan di Kalimantan Utara.
Ia mengungkapkan bahwa Indonesia telah berkomitmen mengurangi emisi gas buang hingga 45 persen pada 2023 dan mencapai nol emisi karbon pada 2055. Saat ini, kebijakan-kebijakan pemerintah pun diklaim telah diarahkan untuk pengembangan ekonomi hijau.
“Indonesia berpikir untuk selalu mengatur segala kebijakan yang dasarnya untuk kepentingan alam, energi terbarukan. Ini untuk melindungi generasi sekarang dan generasi berikutnya. Kami ingin menjadi bagian dari program energi terbarukan,” ujarnya.
Adapun dalam proyek Sub Cuble, kata Luhut, Indonesia akan mendapatkan investasi sebesar US$ 2,58 miliar. Nilai itu termasuk investasi langsung senilai US$ 530 juta hingga US$ 1 miliar. Ada juga peluang pengadaan baterai listrik bagi perusahaan manufaktur di Indonesia sebesar US$ 600 juta atau sekitar Rp 8,5 triliun.