Luhut kemudian bercerita bahwa dirinya adalah orang paling tua, dibanding semua staf di kantornya yang masih muda. Ketika bekerja, tak jarang mereka berdebat dan saling kritik. Sehingga, Luhut pun merasa terbiasa dengan kritik dan masukan dari siapapun tanpa pandang usia dan status sosial.
Tak cuma dari staf, kritik juga datang dari orang terdekat Luhut. Lantas Luhut meminta mereka untuk duduk bersama dan berdialog. "Tak elok rasanya ketika kita ingin mengkritik, tetapi kita tidak berbicara langsung kepada yang kita tuju," kata dia.
Tapi belakangan, Luhut merasa banyak sekali kabar fitnah dan bohong di media sosial. Ia menerima kiriman tautan dari rekannya di WhatsApp Group, yang ditujukan kepada dirinya, dengan judul penuh penyesatan opini.
Setelah kabar tersebut itu tersebar, Luhut mempertanyakan mengapa pihak yang dituduh harus selalu mengklarifikasi. Sementara yang menuduh tidak pernah ditantang untuk mengklarifikasi. "Bukankah ini sebuah bentuk catat logika dan perbuatan yang tak beretika?" kata dia.
Sehingga, kata Luhut, apa yang ia lakukan hari ini sudah sangat dipikirkan secara matang. Ia pun berniat mengajak seluruh masyarakat untuk bertanggung jawab atas segala pendapat dan ekspresi yang disampaikan kepada orang lain.
Adapun setelah tayangan YouTube di akun Haris Azhar terbit, Luhut tercatat sudah dua kali menyampaikan somasi. Meski demikian, kuasa hukum Luhut, Juniver Girang, membenarkan bahwa Haris memang pernah mengundang Luhut atau pengacara untuk memberikan penjelasan atau klarifikasi di chanel youtube.
"Kita diundang mengklarifikasi di YouTube-nya (Haris Azhar). Ini jawaban yang tak sesuai dengan somasi kita, tidak relevan dengan somasi kita," kata Juniver pada 3 September 2021.
Baca Juga: 5 Jabatan yang Diemban Luhut Sekaligus: Menteri, Ketua, hingga Dewan Pengarah