Selanjutnya, dia menyinggung BUMN lain, yakni Pertamina, yang telah merealisasikan pembentukan enam subholding. Dengan aksi korporasi itu, perseroan disebut-sebut mampu meningkatkan performa dan mencatatkan keuntungan di sisi hulu US$ 1 miliar.
“Fondasi ini harus dijaga agar 2024 kita catatkan penjualan US$ 92 miliar dengan keuntungan US$ 8 miliar sehingga valuasi (Pertamina) bisa US$ 100 miliar,” ujarnya.
Kemudian, Erick menceritakan kinerja PT Perkebunan Nusantara (Persero) atau PTPN yang berhasil menorehkan keuntungan Rp 2,3 triliun per Agustus 2021. Keuntungan terjadi karena penjualan perusahaan meningkat 37 persen. Padahal, kata Erick, PTPN sudah memproyeksikan bahwa perusahaan akan rugi Rp 1,4 triliun.
Terakhir, Erick Thohir menyinggung performa PT Krakatau Steel (Persero) yang mulai menampakkan kondisi yang sehat. Pemerintah, kata dia, telah melakukan restrukturisasi sehingga perusahaan mampu membalikkan kerugian yang ditanggung selama 8 tahun berturut-turut.
Pada 2020, Krakatau Steel tercatat menorehkan kinerja positif dengan capaian laba bersih US$ 23,67 juta atau Rp 339 miliar (setara kurs Rp 14.300). Perolehan ini mengakhiri kerugian yang dialami perusahaan selama delapan tahun berturut-turut. Pada 2019, perseroan masih merugi US$ 503,65 juta atau Rp 7,21 triliun.
Baca Juga: Jokowi: Krakatau Steel Sudah Semakin Sehat, Sebelumnya Kurang Sehat