Saham sejumlah emiten pertambangan nikel terpantau menguat seiring dengan naiknya harga nikel di pasar global hingga menembus level tertingginya pada 2014 lalu. Beberapa diantaranya yaitu ANTM (+6,1 persen), INCO (+2,4 persen), dan HRUM (+6,93 persen).
Saham pengisi lima besar top gainer di sesi pertama ini (berdasarkan persentase kenaikan) antara lain: ASMI (+23,7 persen ke Rp 250 per saham); WOWS (+22 persen ke Rp 61 per saham); BBHI (+20,2 persen ke Rp 2.730 per saham); RELI (+19,8 persen ke Rp 665 per saham); SBMA (+17,2 persen ke Rp 354 per saham)
Sementara itu, lima besar top loser sesi pertama hari ini (berdasarkan persentase penurunan) antara lain: LABA (-6,9 persen ke Rp 374 per saham); GPSO (-6,9 persen ke Rp 188 per saham); GTSI (-6,9 persen ke Rp 81 per saham); OILS (-6,8 persen ke Rp 610 per saham) dan TRUE (-6,8 persen ke Rp 244 per saham).
Sementara itu, bursa AS kembali ditutup melemah; Dow turun -0,41 persen, diikuti S&P 500 (-0,43 persen), dan Nasdaq (-0,34 persen), seiring dengan masih besarnya kekhawatiran investor terkait dampak penyebaran varian Delta COVID-19 terhadap ekonomi, serta kapan the Fed akan mulai mengurangi program pembelian surat utangnya, yang nilainya saat ini mencapai US$ 120 juta per bulan. The Fed sendiri akan menggelar pertemuan pada 21-22 September 2021.
Kebalikan dengan pasar AS, bursa Asia justru menguat; di akhir sesi pertama perdagangan bursa RI hari ini, Nikkei terpantau menguat +0,96 persen, begitu juga Hang Seng (+1,65 persen), Kospi (+0,36 persen) dan Shanghai (+0,43 persen).
Baca Juga: Samuel Sekuritas: IHSG Akan Menguat di Rentang 6.040-6.100