TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Muhammad Zulfikar Rahmat, melihat strategi Cina mendekati Afghanistan berkaitan dengan ambisi negara tersebut mewujudkan jalur dagang one belt one road atau OBOR. Cina, kata dia, ingin membangun jalur OBOR melintasi Afghanistan via Asia Tengah, Eropa Timur, dan Eropa Barat.
“Cina yang melihat dengan jeli peluang memanfaatkan mundurnya Amerika Serikat (dari Afghanistan) segera ‘merapat’ ke pihak Taliban. Itu karena ambisi China yang ingin mewujudkan jalur OBOR-nya,” ujar Zulfikar dalam paparan seperti dikutip pada Sabtu, 4 September 2021.
Baca Juga:
Cina menjalin hubungan dengan Taliban setelah kelompok militan tersebut kembali berkuasa di Afghanistan, Agustus lalu. Cina menyatakan akan memperdalam hubungan persahabatan dan kerja sama dengan Afghanistan serta berusaha mempertahankan hubungan tak resmi dengan Taliban setelah Amerika Serikat menarik pasukannnya.
Selain memiliki tujuan mewujudkan OBOR, Zulfikar mengatakan Cina melihat bahwa Afghanistan mempunyai potensi cadangan logam atau rare earth. Cadangan logam ini merupakan bahan pembuat microchip dan teknologi mutakhir lainnya, yang diperkirakan bernilai US$ 1 triliun.