Tak hanya kali itu, ia juga mengaku rugi saat membeli saham ketika IPO tanpa berbekal pengetahuan yang cukup. "Demand tinggi dan supply sedikit bukan membuat harga naik tetapi menurun," ucap Lo Kheng Hong. Kali kedua ia merugi adalah saat membeli saham IPO Astra Graphia.
“Jadi sebetulnya pertama kali saya membeli saham, strateginya bukan value investing, tapi beli saat IPO, jual ketika listing dan tidak mempunyai pengetahuan sama sekali. Hanya ikut-ikutan saja,” ucap pria yang kini dijuluki Warren Buffet-nya Indonesia tersebut.
Pengalaman-pengalaman ini membuatnya terus belajar dan akhirnya memilih strategi value investing. Ia menilai value investing merupakan strategi membeli saham perusahaan di mana harga pasar jauh lebih murah daripada nilai intrinsik perusahaan.
“Artinya, ketika saya mendapatkan Mercy yang dijual harga Avanza. Tentu saya akan membeli. Itu metode yang paling sederhana kalau saya menemukan ada Mercy yang dijual harga Avanza, saya pasti akan beli,” ujar Lo Kheng Hong.
Dia menyebutkan, bila di dunia nyata hampir tak pernah ada orang yang mau menjual Mercy setara dengan harga Avanza. “Tetapi di bursa saham, Mercy yang dijual harga Avanza itu banyak. Jadi, itulah seperti value investing, berinvestasi berdasarkan nilai,” ucap Lo Kheng Hong.
BISNIS
Baca: Luhut Jengkel Alkes Diimpor dari Pakistan padahal Bahan Bakunya dari Morowali