Sebelumnya, Perusahaan e-commerce ini melepas 25,76 miliar lembar saham biasa atas nama yang seluruhnya adalah saham baru atau 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO. Adapun jumlah seluruh nilai IPO saham itu mencapai Rp 21,9 triliun.
Dalam pelaksanaan IPO, Bukalapak menunjuk PT Mandiri Sekuritas dan PT Buana Capital Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Adapun PT UBS Sekuritas Indonesia dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia telah juga ditunjuk untuk bertindak sebagai penjamin emisi efek.
Laporan keuangan Bukalapak pada akhir Desember 2020 mencatat perusahaan masih mengalami kerugian Rp 1,35 triliun. Kerugian itu berkurang 51,7 persen ketimbang tahun sebelumnya Rp 2,79 triliun.
Kerugian timbul karena masih tingginya beban penjualan dan pemasaran yang mencapai Rp 1,51 triliun dan juga beban umum dan administrasi Rp 1,49 triliun. Sedangkan pendapatan Bukalapak pada akhir tahun lalu mencapai Rp 1,35 triliun, naik 25,56 persen dibandingkan 2019 Rp 1,07 triliun.
Adapun total aset konsolidasian perseroan per akhir Desember 2020 sebesar Rp 2,59 triliun, atau naik 26,29 persen dari tahun sebelumnya Rp 2,05 triliun. Hal ini dipicu lonjakan kas dan setara kas konsolidasian sebesar 67,93 persen atau senilai Rp 600 miliar, serta kenaikan aset pajak tangguhan konsolidasian senilai Rp 477,79 miliar.
BACA: Melantai di BEI, Saham Bukalapak Langsung ARA
CAESAR AKBAR | BISNIS