Selain dari konsumsi rumah tangga, pertumbuhan pun ditopang oleh ekspor yang meningkat 31,78 persen secara year on year. Menurut data Kementerian Perdagangan, realisasi ekspor selama Januari hingga Juni 2021 didominasi pengiriman ke Cina dengan nilai US$ 22,45 miliar atau 21,82 persen dari total ekspor. Ekspor non-migas untuk beberapa kategori HS, seperti kendaraan bermotor, juga meningkat.
Chatib melihat kenaikan kinerja untuk berbagai sektor berpengaruh terhadap penerimaan pemerintah. “Penerimaan pajak lebih baik dari tahun lalu pertumbuhannya,” kata dia.
Meski demikian, dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan kembali melambat pada kuartal III lantaran adanya varian baru virus corona delta yang merebak pada Juli. Efek dari penyebaran Covid-19 membuat pemerintah harus membatasi kegiatan masyarakat dan dampaknya akan terlihat satu hingga dua bulan mendatang.
“Ada satu variabel yang kita tidak bisa prediksi, yaitu pandemi. Jadi (pertumbuhan ekonomi) ini akan sangat tergantung. Kalau varian mutan terjadi, mau tidak mau pemerintah di mana pun harus mengetatkan lagi mobilitas,” ujar Chatib.
Kendati kuartal III menjadi tantangan, Chatib memprediksi kinerja perekonomian setelahnya bisa meningkat kembali. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV bisa tercapai seumpama pemerintah mampu menangani pandemi Covid-19 secara cepat. Dia pun memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun akan berkisar sedikit di bawah 4 persen atau lebih dari 4 persen.
Baca: Pertamina Buka 102 Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 dan S2, Simak Batas Waktunya