Selain cadangan devisa, Bank Indonesia melihat ke depan defisit transaksi berjalan tetap rendah di kisaran 0,6 persen sampai 1,4 persen dari PDB. Posisi ini juga akan turut mendukung ketahanan sektor eksternal Indonesia.
Di sisi lain, Bank Indonesia juga mencatat pergerakan nilai tukar di tengah ketidakpastian global yang kembali meningkat. Pada 21 Juli, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan 0,29 persen secara point to point dan 1,41 secara rata-rata dibandingkan dengan posisi akhir Juni 2021.
Perkembangan nilai tukar rupiah itu, kata Perry, dipengaruhi penyesuaian aliran modal keluar dari negara berkembang yang didorong perilaku flight to quality di tengah pasokan valas domestik yang masih memadai. Rupiah sampai 21 Juli mencatat depresiasi 3,39 persen year to date.
"Ini relatif lebih rendah dibanding depresiasi dari mata uang di negara berkembang lainnya seperti Filipina, Malaysia, dan Thailand," ujar Perry.
Adapun per akhir Mei lalu, cadangan devisa Indonesia sebesar US$ 136,4 miliar. Angka ini turun US$ 2,4 miliar, dari sebelumnya US$ 138,8 miliar pada akhir April 2021.
Baca: Bos BI Tanggapi Pelemahan Kurs Rupiah Hingga 0,29 Persen pada 21 Juli Lalu