TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development on Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai upaya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggelar kegiatan promosi wisata kuliner di Amerika Serikat tidak akan memiliki dampak ekonomi yang signifikan di masa pandemi Covid-19.
Alih-alih bermanfaat, pengiriman delegasi dari Indonesia justru akan menimbulkan pertanyaan dari Amerika terhadap kondisi di Indonesia.
“Kalau Covid belum selesai, upaya apa pun menjadi tidak menarik. Kalau kita sendiri yang promosi, malah akan menimbulkan pertanyaan, apa negara sudah aman? Lalu bagaimana kita bisa menggaransi wisatawan asing yang datang ke Indonesia?” ujar Tauhid saat dihubungi pada Senin malam, 19 Juli 2021.
Ia menyarankan Sandiaga menunda berbagai kegiatan promosi dalam bentuk fisik dan lebih berfokus menyelesaikan pandemi Covid-19. Dia memahami bahwa pariwisata merupakan industri yang paling terdampak karena wabah dan dibutuhkan berbagai upaya untuk mendongkrak pemulihan kinerja dari sektor tersebut.
Namun bila kegiatan pemasaran dilakukan di tengah melonjaknya Covid-19 akibat kemunculan varian baru virus corona delta, efek umpan baliknya tidak akan sebesar yang diharapkan. “Kalau pun promosi dilakukan kita kena ban travel. Itu (promosi) sangat enggak mungkin dilakukan dengan kasus yang sedang tinggi,” tutur Tauhid.
Di sisi lain, Tauhid melihat pasar wisatawan asal Amerika Serikat tak mendominasi. Data Badan Pusat Statistik pada 2019 atau sebelum pandemi Covid-19 menunjukkan jumlah wisman Amerika ke Indonesia sebanyak 417.538 atau jauh di bawah Cina yang sebesar 1.919.841 orang. Kunjungan wisman Amerika juga masih di bawah Australia yang sebesar 1.263.850 dan Eropa 1.925.037 orang.