Jumlah karyawan GIAA yang semula 7.878 orang per 31 Desember 2019 menyusut tinggal 5.400 orang pada Juni 2021. Jumlah itu masih akan berkurang karena Garuda tengah membuka opsi pensiun dini tahap kedua yang akan berlangsung Juli 2021 nanti. Irfan mengklaim ada ratusan karyawan yang sudah mendaftarkan diri mengikuti program efisiensi ini.
Irfan menjamin perusahaan akan memenuhi pesangon dan hak-hak lainnya bagi karyawan yang pensiun lebih cepat. Garuda, kata Irfan, telah menyisihkan anggaran pensiun dari dana operasi.
“Kami sisihkan pelan-pelan. (Pensiun dini) efektifnya kami tunggu adanya dana. Jadi bukan yang kita kurangi langsung, misalnya 3.000 (karyawan),” ujar Irfan.
Selain mengurangi karyawan, Garuda sedang mengkaji ulang rute-rute yang tidak profit. Manajemen membuka opsi mengurangi jumlah frekuensi penerbangan domestik, termasuk di rute favorit seperti Bali.
Garuda juga membuka opsi menutup penerbangan rute internasional yang merugi. Perusahaan pelat merah akan berfokus pada layanan domestik. Sebab sesuai data sebelum Covid-19, 78 persen penumpang Garuda merupakan pelanggan rute dalam negeri.
Keuangan Garuda kian memburuk setelah perusahaan menanggung utang yang menumpuk mencapai US$ 4,5 miliar atau Rp 70 triliun. Utang itu diperkirakan bertambah sampai Rp 1 triliun setiap bulan. Garuda juga merugi sebesar US$ 100 juta sebulan.
Karena itu selain mengurangi beban operasional, Garuda tengah menekan masalah keuangan dengan merestrukturisasi utang-utangnya. Saat ini, Garuda tengah melakukan negosiasi dengan sebagian besar dari 36 lessor-nya. “Kami terus me-review. Penting untuk melihat siapa teman, siapa yang enggak,” ujar Irfan.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Baca juga: Dirut: Garuda Pangkas Karyawan Lebih dari 20 Persen Sejak Pandemi