"Krakatau Steel sebagai induk dari PT KTI selalu mendukung usaha anak perusahaan untuk berkembang sehingga dapat memberikan kontribusi positif dalam peningkatan kinerja Krakatau Steel secara konsolidasi," katanya.
Pada 2020, PT KTI mencatat keuntungan bersih sebesar Rp 174,3 miliar meningkat dari 2019 yang sebesar Rp 153,5 miliar. Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian tahun 2020 emiten berkode saham KRAS tersebut membalik kerugian di tahun 2019 sebesar US$ 505,39 juta menjadi laba sebesar US$ 22,64 juta.
Namun, emiten tersebut justru membukukan penurunan pendapatan bersih sebesar 4,93 persen dari US$ 1,42 miliar pada 2019 menjadi US$ 1,35 miliar atau setara Rp 19,44 triliun pada 2020.
Efisiensi pada emiten tersebut menjadikan perseroan mampu menurunkan biaya operasional sebesar 41 persen di tahun 2020, dari Rp 4,8 triliun pada 2019 menjadi Rp 2,8 triliun.
Selain itu, dalam rilis resmi disebutkan terdapat penurunan biaya energi sebesar 46 persen menjadi Rp 295 miliar, penurunan biaya utilitas sebesar 27 persen menjadi Rp 564 miliar, serta penurunan pada biaya consumable dan sparepart masing-masing 61 persen menjadi Rp 230 miliar dan 59 persen menjadi Rp 65 miliar.
Silmy mengatakan Krakatau Steel menargetkan peningkatan pendapatan sebesar 43 persen pada tahun ini 2021, yaitu mencapai Rp 28 triliun karena semakin membaiknya kinerja perseroan di tahun 2020.
BISNIS
Baca juga: Tahun 2020, Krakatau Steel Cetak Laba Bersih Rp 326 M