Dan saya ingin mengatakan hal itu sangat membantu kami di masa pandemi sejauh ini. Itu juga akan menjadi panduan kami ke depannya dan menambah nilai kami. Saya menyadari pandemi ini sangat sulit bagi semua orang.
Tapi menurut saya yang penting jika kita fokus pada kekuatan inti kita dan mau mengambil selangkah di depan untuk melayani pelanggan. Kami di PT Hero dapat melakukan itu, kami akan fokus pada kekuatan kami di seluruh brand yaitu Hero, Guardian, dan IKEA. Ini lah upaya kami untuk menghadapi transisi di masa pandemi hingga setelah pandemi. Kami akan terus menyediakan pengalaman konsumen yang memuaskan bagi pelanggan.
Soal perubahan perilaku konsumen juga disebutkan oleh pengamat retail Yongky Susilo. Perubahan perilaku konsumen khususnya kelas menengah atas yang bergeser dari semula mengunjungi toko berformat besar menjadi gerai yang lebih kecil tapi tak diikuti dengan inovasi hipermarket.
Ia berpesan soal pentingnya lokasi kepada PT Hero Supermarket Tbk. yang berencana mengalihkan bekas gerai-gerai Giant menjadi IKEA atau Hero Supermarket. Jika lokasi bekas Giant di area dengan masyarakat mayoritas menengah ke bawah, tentu tidak bisa untuk diubah menjadi Hero Supermarket.
Begitu juga jika ingin menyulap gerai Giant menjadi IKEA, menurut Yongky, perlu studi daya beli masyarakat yang mendalam. "Kalau (daya beli masyarakat) terlalu rendah, masyarakat hanya datang untuk jalan-jalan di dalam toko,” kata dia, Selasa, 25 Mei 2021.
Menurut Yongky, Hero Supermarket punya kesempatan besar untuk mengubah gerai Giant ke format yang lebih menguntungkan karena target pasarnya adalah masyarakat menengah ke atas. Oleh karena itu, lokasi yang harus dipilih adalah yang berdekatan dengan kelompok masyarakat menengah ke atas dan harus mampu bersaing dengan format supermarket yang mereknya sedang naik daun.
BISNIS
Baca: Giant Tutup, Pengamat Retail: Big Box Tak Berevolusi, Isinya Hanya Perang Harga