Begitu juga ketika terjadi letusan Gunung Agung pada 2017. Saat itu pariwisata Bali mengalami penurunan jumlah wisman sampai 11,35 persen.
Sedangkan pada saat masa pandemi Covid-19, penurunan jumlah wisman jauh melampaui tiga peristiwa yang pernah terjadi. Pada 2020 atau saat wabah pertama kali berlangsung, jumlah turis asing di Bali menyusut sampai 83 persen.
Trisno menyebut salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membantu perekonomian dari lemahnya kunjungan wisman adalah dengan program nomadic tourism atau bekerja dari Bali. Lewat program ini, kata dia, paling tidak hotel di Bali dapat bertahan untuk membayar biaya operasionalnya.
“Kalau ini tidak dijaga, Bali akan ketinggalan dengan kompetitor seperti Singapura, Bangkok, Kuala Lumpur. Legian menjadi sepi, Kuta sepi, Ubud juga,” kata dia.
Tujuh kementerian serta lembaga di bawah naungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sebelumnya diberitakan akan ikut melaksanakan program kerja dari Bali. Program ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman dukungan penyediaan akomodasi untuk peningkatan pariwisata The Nusa Dua Bali yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
“Nota kesepahaman ini dibuat sebagai upaya dalam mendukung peningkatan pariwisata The Nusa Dua Bali dengan prinsip-prinsip good corporate governance dan akan belaku untuk tujuh kementerian dan lembaga di bawah koordinasi Kemenko Marves,” ujar Luhut dalam keterangan tertulis, Selasa petang, 18 Mei 2021.
Baca: 25 Persen PNS Kemenparekraf Akan Kerja dari Bali, Keluarga Tak Boleh Ikut