TEMPO Interaktif, Singapura: Harga minyak jatuh di Asia pada hari Senin setelah perkiraan pemotongan produksi OPEC bulan ini sirna ketika berita ekonomi yang suram mencuat, kata para analis.
Kontrak masa depan New York minyak light sweet untuk pengiriman Desember turun US$ 1,26 ke US$ 55,78 per barel setelah jatuh US$ 1,20 menjadi US$ 57,04 pada penutupan hari Jumat di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah Laut Utara Brent untuk Januari turun 84 sen ke US$ 53,40. Kontrak itu meningkat US$ 2,25 ke US$ 54,24 pada Jumat di London.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dijadwalkan melakukan pertemuan luar biasa pada 29 November di Mesir dan beberapa anggota telah meminta kartel itu untuk memotong kembali produksinya di tengah penurunan harga minyak.
Tetapi komentar Presiden OPEC Chakib Khelil pada akhir pekan mengindikasikan output tidak akan diturunkan bulan ini, kata Dave Ernsberger, direktur penyedia informasi energi global Asia Platts, di Singapura.
"Chakib Khelil pada dasarnya mengatakan mereka tidak akan melakukan pemotongan produksi pada 29 November," kata Ernsberger.
Kekhawatiran pertumbuhan ekonomi yang melambat dan pengaruhnya terhadap permintaan energi telah membuat harga minyak terjerembab sejak mencapai rekor di atas US$ 147 pada bulan Juli.
Penurunan itu telah merisaukan anggota OPEC, yang menghasilkan 40 persen dari pasokan minyak mentah dunia.
Televisi Iran, produsen minyak nomor dua OPEC, hari Sabtu melaporkan bahwa negara itu setuju mengurangi produksi minyak mentah hingga 1-1,5 juta barel per hari dalam pertemuan di Kairo.
Kuwait, produsen terbesar keempat, pada hari Minggu mengatakan bersedia memotong output jika partner OPEC bersedia mengurangi produksi, kata Menteri Perminyakan Mohammad al-Olaim.
AFP/Erwin