Sementara itu, tutur Ibrahim, Presiden Fed Bank of Dallas Robert Kaplan mengatakan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan serta efek dasar akan berkontribusi pada peningkatan inflasi tahun ini, tetapi Robert memperkirakan tekanan harga akan mereda pada tahun 2022. Robert juga mendesak The Fed untuk mulai menormalisasi kebijakan.
Pejabat The Fed lainnya akan berbicara sepanjang minggu dan investor juga menunggu rilis risalah dari pertemuan terbaru Fed, yang dijadwalkan pada hari Rabu.
Dari dalam negeri, Ibrahim melihat Pemerintah terus menyuarakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan tumbuh 7 persen di Kuartal Kedua tahun ini. Proyeksi itu, menurut dia, merupakan mimpi besar Pemerintah apabila PDB Kuartal Kedua tersebut menjadi kenyataan.
"Namun impian tersebut masih bertolak belakang dengan realisasi pertumbuhan ekonomi di Kuartal Pertama yang masih terjebak resesi. Tercatat, laju ekonomi masih minus 0,74 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini," kata dia.
Optimisme mimpi besar pemerintah bahwa pertumbuhan ekonomi di Kuartal Kedua 7 persen, menurut Ibrahim, akan terealisasi karena banyak sektor yang sudah kembali berjalan, salah satunya adalah Industrial produk sudah mulai bergerak normal kembali.
"Ritel sudah menggeliat, konsumsi masyarakat sudah lebih baik, BLT terus di kucurkan, dana bantuan UMKM terus disalurkan dan vaksinasi terus digencarkan, bahkan pemerintah sudah menyuntikan vaksin sebanyak 23 juta dosis," ujar dia.
BACA: Usai Libur Lebaran, Rupiah Tertekan di Level 14.280 per Dolar AS
CAESAR AKBAR