TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mencatat pertumbuhan kredit terkontraksi 4 persen secara year on year pada Maret 2021."Lebih dalam dari kontraksi 2,3 persen (yoy) pada Februari 2021," Kepala Departemen Komunikasi Erwin Haryono dalam keterangan tertulis, Jumat, 23 April 2021.
Adapun kredit yang diberikan terbatas hanya dalam bentuk Pinjaman (Loans), dan tidak termasuk instrumen keuangan yang dipersamakan dengan pinjaman, seperti surat berharga (Debt Securities), tagihan akseptasi (Banker’s Acceptances), dan Tagihan Repo. Selain itu, kredit yang diberikan tidak termasuk kredit yang diberikan oleh kantor Bank Umum yang berkedudukan di Luar Negeri, dan kredit yang disalurkan kepada Pemerintah Pusat dan Bukan Penduduk.
Selain terjadi penurunan kredit, juga terjadi perlambatan aktiva luar negeri bersih, serta perlambatan tagihan bersih kepada pemerintah pusat. Hal itu memperlambat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Maret 2021
Pertumbuhan aktiva luar negeri bersih sebesar 7,9 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada Februari 2021 sebesar 11,5 persen (yoy). Demikian pula pertumbuhan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat sebesar 42 persen (yoy), lebih rendah dari capaian bulan sebelumnya sebesar 50,8 persen (yoy).
Posisi M2 pada Maret 2021 sebesar Rp 6.888 triliun atau tumbuh sebesar 6,9 persen(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 11,3 persen (yoy).
"Perlambatan tersebut terjadi pada seluruh komponennya yaitu uang beredar sempit (M1), uang kuasi, dan surat berharga selain saham," ujarnya.
Pertumbuhan M1 pada Maret 2021 sebesar 10,8 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 18,6 persen (yoy). Pertumbuhan uang kuasi juga melambat, dari sebesar 9,2 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 5,9 persen (yoy) pada Maret 2021.
Perlambatan uang beredar pada Maret 2021 turut dipengaruhi oleh realisasi tahun sebelumnya (base effect) berupa tingginya pertumbuhan pada Maret 2020 sebesar 12,1 persen.
Baca Juga: Uang Beredar Tumbuh Melambat 6,9 Persen jadi Rp 6.888 T, BI Beberkan Sebabnya