Efisiensi waktu yang ditimbulkan setelah ada layanan DO dan SP-2 online mencapai 91 persen, sedangkan e-trucking menghemat waktu 50 persen. Kemudian, penyampaian dokumen dan pemeriksaan Bea Cukai serta Karantina melalui single submission serta single joint inspection yang akan menghemat Rp 85 miliar per tahun. Layanan ini juga mengefisienkan waktu sampai 35-56 persen.
Terakhir, pengangkutan kapal atau bongkar muat dengan single submission yang dapat menghemat ongkos Rp 60 miliar per tahun. Efisiensi logistik ini tidak hanya akan menghemat ongkos secara material. Melainkan juga terjadi penghematan waktu proses pengurusan izin hingga 74 persen.
Sebagai percontohan atau pilot project, pemerintah meluncurkan fitur ekosistem logistik pertama kali di Batam bernama Batam Logistic Ecosystem atau BLE. Lokasi Batam yang strategis memungkinkan daerah itu mampu bersaing dengan tetangganya, yakni Singapura.
“Batam itu hanya sekitar kurang dari 1 jam naik speedboat ke Singapura. Jadi namanya tetangga diyakini itu koeksis, dekat sekali, sehingga perbandingannya sangat nyata kalau kita tidak perform,” katanya.
Selain Batam, Sri Mulyani mengatakan eksosistem logistik akan diterapkan di bandara dan pelabuhan di seluruh Indonesia. Di samping mendorong daya saing, upaya ini disebut-sebut bisa memicu percepatan pemulihan ekonomi nasional.
BACA: Sri Mulyani: Ekosistem Logistik Akan Diberlakukan di Semua Pelabuhan dan Bandara
FRANCISCA CHRISTY ROSANA