TEMPO.CO, Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia atau BEI mencatat pendapatan usaha terkait transaksi bursa sebesar Rp 1,55 triliun pada tahun 2020. Dengan begitu, nilai pendapatan itu naik 3,98 persen dari Rp 1,33 triliun pada tahun sebelumnya.
Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan di Harian Bisnis Indonesia, Selasa, 16 Maret 2021, disebutkan kenaikan pendapatan usaha terdorong oleh pendapatan dari jasa transaksi dan jasa kliring sebagai dua kontributor terbesar pendapatan BEI, masing-masing Rp 792,36 miliar dan Rp 400,44 miliar.
Adapun pendapatan dari segmen jasa informasi serta fasilitas lainnya melonjak 54,38 persen secara year on year (yoy). Pada tahun lalu, pendapatan dari segmen tersebut mencapai Rp 144,88 miliar dari tahun 2019 sebesar Rp 93,84 miliar.
Di sisi lain, pendapatan usaha dari bukan transaksi bursa tercatat senilai Rp 77,5 miliar pada 2020. Realisasi itu naik 12,24 persen dari Rp 69,05 miliar pada tahun lalu.
Sedangkan total pendapatan yang dibukukan oleh BEI senilai Rp 1,92 triliun pada 2020. Jumlah pendapatan tersebut meningkat 0,62 persen ketimbang pada tahun 2019 yang mencapai Rp 1,91 triliun.
Sebaliknya, beban yang dikeluarkan hanya turun 3,19 persen secara yoy menjadi Rp 1,28 triliun. Dengan begitu, BEI membukukan peningkatan laba bersih periode yang berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk 8,92 persen menjadi Rp 489,38 miliar pada 2020, dari sebelumnya Rp 449,31 miliar.
Adapun total aset BEI sejumlah Rp 8,84 triliun per Desember 2020, naik dari akhir 2019 sebesar Rp 7,2 triliun. Aset tersebut berasal dari ekuitas dan liabilitas masing-masing senilai Rp 5,11 triliun dan Rp 3,73 triliun.
BISNIS
Baca: BEI Awasi Saham ABBA Milik Erick Thohir yang Melejit di Luar Kebiasaan