Di saat yang sama, negara-negara maju dengan kemampuan ekonomi yang kuat melakukan pemesanan vaksin lebih dulu sehingga membuat stok menipis.
“Lalu bagaimana dengan Indonesia, kita enggak mampu bersaing secara ekonomi. Tapi kita punya kompetensi. BUMN kita punya core produksi vaksin dan ini blessing,” tutur Honesti.
Karena itulah, Bio Farma percaya diri untuk melakukan pembicaraan dengan berbagai perusahaan produsen vaksin. Menurut Honesti, Sinovac adalah produsen yang pertama kali merespons Indonesia, yakni pada tahun lalu. Saat diskusi kedua perusahaan berjalan, vaksin Sinovac sudah masuk ke tahap uji klinis ketiga sehingga risiko kegagalannya lebih kecil.
Namun, masalahnya, kala itu Indonesia belum memiliki aturan terkait kerja sama vaksin. “Lalu bujet belum ada, kontrak belum ada. Risikonya ada semua. Tapi kami tahu bahwa kami kalau tidak ambil posisi akan kehilangan suplai,” katanya.
Akhirnya, pemerintah melalui Menteri Luar Negeri dan Menteri BUMN menjalin pembicaraan dengan pihak Cina.
Melalui kesepakatan kedua negara, Indonesia pun berhasil mendatangkan vaksin Sinovac untuk pertama kalinya pada Januari 2021. Honesti mengatakan saat ini Indonesia merupakan satu dari 60 negara yang sudah memulai vaksinasi Covid-19. “Bahkan di Asia Pasifik, kita yang terbesar,” ujarnya.
BACA: Bio Farma: Vaksin AstraZeneca Harus Disimpan di Suhu 2-8 Derajat
FRANCISCA CHRISTY ROSANA