TEMPO.CO, Jakarta – Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir menceritakan lika-liku perseroannya bertaruh memperoleh vaksin Sinovac untuk Covid-19. Honesti mengatakan perseroan sempat dirisak atau di-bully lantaran menjalin kerja sama dengan perusahaan farmasi asal Cina, Sinovac Biotech Ltd, padahal uji klinis vaksin belum selesai.
“Awal-awal kami memang di-bully. Tapi kami tahu di-bully itu vitamin. Saat itu memang kontrak belum ada dan berisiko menyalahi aturan. Namun kami kalau tidak ambil posisi tidak akan dapat (vaksin),” ujar Honesti dalam Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana 2021 di Jakarta, Selasa, 9 Maret 2021.
Menurut Honesti, Bio Farma segera mengambil langkah untuk menjalin kerja sama dengan Sinovac lantaran semua negara berlomba memperoleh vaksin Covid-19. Kompetisi untuk mendapatkan vaksin sengit terjadi lantaran adanya gap yang sangat lebar antara kebutuhan dan suplai.
Honesti menggambarkan, kebutuhan vaksin seluruh negara mencapai 12-14 miliar dosis dalam satu tahun. Angka itu dihitung dari total penduduk dunia yang berjumlah 6,5-7 miliar dan masing-masing memerlukan dua dosis vaksin.
Sementara itu, merek vaksin yang masuk dalam daftar Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO baru berjumlah belasan. Dari belasan itu, hanya 7-8 perusahaan farmasi yang sudah masuk ke tahap uji klinis.