Tapi Azwar tak ingin membiarkan keponakannya larut dalam rasa putus asa, apalagi sampai menghentikan cita-citanya tersebut. Ia mengingatkan Hafiz bahwa kedua orangtuanya punya harapan besar agar ia menyelesaikan studi tersebut.
"Mau orang tua kemarin, dedek (Hafiz) harus selesai," kata Azwar, salah satu penumpang menceritakan kisahnya kepada Tempo di atas KRI.
Pada Sabtu, 9 Januari 2021, pesawat Sriwijaya Air yang ditumpangi orang tua Hafiz jatuh di perairan Kepulauan Seribu, antara Pulau Lancang dan Pulau Laki. Pesawat jatuh saat terbang dari Bandara Soekarno-Hatta, Banten, ke Pontianak, Jawa Timur.
Seroang wanita menangis saat acara tabur bunga korban Sriwijaya Air SJ182 di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Jumat, 22 Januari 2021. Acara tabur bunga tersebut dilakukan diatas KRI Semarang dalam rangka memberikan penghormatan terakhir kepada korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 di perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021. TEMPO/Muhammad Hidayat
Setelah berjalan selama 13 hari, operasi SAR dihentikan pada Kamis, 21 Januari 2021, tim evakuasi telah mengumpulkan 324 kantong jenazah. Namun dari jumlah tersebut, baru 43 dari 62 penumpang pesawat yang berhasil diidentifikasi oleh tim DVI Mabes Polri.
Salah satunya adalah ibu dari Hafiz, yang merupakan kakak dari Azwar. Sementara untuk sang ayah, belum ada informasi apapun hingga hari ini.
Azwar telah mengetahui bahwa proses pencarian korban dihentikan pada Kamis sore. Sebab sehari sebelumnya, sudah ada pembicaraan terkait hal ini dengan keluarga korban di Hotel Mercure, Kuningan, Jakarta, tempat para keluarga korban menginap selama operasi SAR.
Menurut Azwar, pihak keluarga sudah mengikhlaskan kejadian ini dan menganggapnya sudah jalan takdir dari yang maha kuasa. Meski demikian, Azwar dan keluarga masih berharap proses pencarian korban terus dilakukan, sekecil apapun.