TEMPO.CO, Jakarta - Air muka kesedihan tak bisa disembunyikan para penumpang di Kapal Republik Indonesia (KRI) Semarang-594 yang menghadiri prosesi tabur bunga untuk para korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Jumat pagi, 22 Januari 2021.
Tepat pukul 09.30 WIB, kapal sampai di lokasi jatuhnya pesawat. Butuh 3 jam perjalanan untuk mencapai lokasi ini, sejak berangkat dari Terminal JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, pukul 06.15 WIB.
Kapal jenis Landing Platform Dock (LPD) yang dipimpin oleh Letkol Laut (P) Afrilian S. Timur M.Tr.Hanla ini memang hanya melaju dengan kecepatan 12 knot, dari kecepatan maksimal 16 knot.
Saat itu cuaca cerah, lautan sunyi, namun angin laut bertiup kencang. Segenggam demi segenggam bunga berwarna merah dan putih dilemparkan ke laut. Ada yang berusaha tegar, tak sedikit yang tertunduk terisak menangis memegangi pinggiran kapal.
Tak hanya para keluarga korban, tim dari TNI Angkatan Laut, Basarnas, hingga awak kabin Sriwijaya Air dengan seragam dinas ikut menabur bunga. Inilah tanda penghormatan terakhir mereka untuk para korban yang meninggal, ataupun belum ditemukan hingga hari ini.
Di antara para keluarga korban, ada Azwar yang menceritakan perihal cita-cita keponakannya, Hafiz, untuk meneruskan studinya sampai ke jenjang pascasarjana di Universitas Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Untuk sesaat, mimpi itu buyar tatkala mahasiswa semester 7 ini menerima kabar duka akhir pekan lalu: ayah dan ibunya menjadi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182.
Kejadian ini begitu memukul Hafiz dan adik kandungnya, yang sekarang juga masih mondok di Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo. Di tengah kesedihan ini, Hafiz pasrah dan tak ingin lagi melanjutkan studinya tersebut.