TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Bidang Ekonomi Pengurus Pusat Muhammadiyah Anwar abbas meminta pemerintah untuk secepatnya mengatasi masalah harga kedelai. Hal itu agar dunia usaha dan kehidupan ekonomi masyarakat kembali menggeliat serta tidak ada yang dirugikan.
Oleh karena itu, kata dia, kalau ada pihak-pihak yang melakukan praktek-praktek tidak terpuji dengan melakukan penimbunan dan atau melakukan spekulasi dalam masalah perkedelaian ini, maka Muhammadiyah meminta pemerintah untuk menindak mereka dengan tegas.
Baca Juga: Produsen Tahu dan Tempe Prediksi Harga Kedelai Kembali Normal Jika Pemerintah ..
"Dan menggiring mereka ke pengadilan untuk dijatuhi hukuman yang sesuai dengan besar dan dampak buruk dari kesalahannya," kata Anwar dalam keterangan tertulis, Senin, 4 Januari 2020.
Di tengah ketergantungan yang tinggi pada impor, harga internasional pun langsung berpengaruh di dalam negeri. Saat ini, harga kedelai impor sedang naik, dari Rp 6.500 per kg menjadi Rp 9.500 per kg. Pemicunya adalah meningkatnya permintaan kedelai Cina dari Amerika Serikat, seiring meredanya perang dagang kedua negara.
Menurutnya, kalau harga kedelai naik maka biaya produksi dari para pembuat tempe dan tahu tentu akan meningkat. Kalau biaya produksi mereka meningkat tentu harga jual mereka juga harus meningkat.
Tapi, kata dia, kalau harga jualnya meningkat, maka daya beli masyarakat tentu akan menurun sehingga keuntungan dari produsen dan pedagang tahu serta tempe tersebut akan menurun.
"Dan kalau hal ini yang terjadi tentu akan sangat berdampak atau berpengaruh kepada tingkat kesejahteraan para produsen dan para pedagang tahu dan tempe serta juga kepada warga masyarakat karena mereka tidak lagi mampu membeli sesuai dengan kebutuhan pokoknya," ujarnya.