Untuk mencapai break event point atau titik impas, hotel, misalnya, harus memenuhi okupansi hingga 46 persen. Sedangkan restoran 68 persen. Padahal di saat yang sama, kapasitas pengunjung dibatasi sampai 50 persen untuk mencegah penularan Covid-19.
Jika melakukan ekspansi, perusahaan pun berisiko menjadi zombie company. “Untuk apa nambah investasi kalau yang ada, existing capacity, enggak terpakai,” katanya.
Padahal secara paralel, bila investasi naik, konsumsi juga akan terpengaruh positif. Sebaliknya, bila konsumsi naik, investasi pun akan meningkat. Chatib pun menyarankan pemerintah terus menjaga konsumsi agar pertumbuhan ekonomi tetap berlangsung.
“Jump start-nya harus di stimuls fiskal,” kata Chatib.
Di sisi lain, Chatib mengatakan dunia usaha harus mulai melakukan transformasi bila ingin bertahan di masa pandemi. “Mereka yang bisa survive adalah yang bisa transformasi, seperti ke dunia digital,” tuturnya.
Baca: Faisal Basri Prediksi Ekonomi Indonesia Akan Terkontraksi Lebih Lama