“Konsumsi memang lebih baik dengan kontribusi yang besar, namun tetap lebih rendah. Kami perkirakan konsumsi akan tumbuh minus 1 persen pada kuartal IV secara tahunan,” kata Piter.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara pun memperkirakan penjualan ritel pada akhir tahun belum akan normal. Sektor ini dia perkirakan membutuhkan waktu dua sampai tiga kuartal untuk kembali pada posisi sebelum pandemi.
“Untuk akhir tahun ada faktor penambahan kasus yang mungkin menahan penjualan. Hal ini bisa membuat masyarakat menahan diri ke tempat belanja. Natal dan Tahun Baru yang jadi momen berbelanja, tapi dalam pandemi spending tidak optimal,” kata Bhima.
Stimulus yang menyasar kelompok menengah ke bawah juga tidak akan terlalu mendorong penjualan ritel mengingat total pengeluaran kelompok ini hanya menyumbang 17 sampai 20 persen.
Bhima mengemukakan bahwa peluang sektor ritel tetap berada pada penjualan online seiring dengan bergesernya pola belanja masyarakat.
Baca juga: Libur Panjang, Pengusaha Ritel Yakin Penjualan Naik 20 Persen
Seperti dikutip dari data WeAreSocial, Bhima mengatakan bahwa ada pertumbuhan perdagangan elektronik (e-commerce) Indonesia per Juli telah mencapai 31 persen, jauh di atas rata-rata pertumbuhan global yang berada di angka 17 persen. “Akan tetapi, perlu dicatat bahwa 95 persen penjualan ritel terjadi di general market, supermarket, dan minimarket,” lanjutnya.