Pasalnya tak semua klinik memiliki pendingin untuk menyimpan vaksin lantaran tidak banyak klinik yang melayani pemberian vaksin. Sementara itu pengadaan barang baru membutuhkan investasi yang besar.
Eddi juga ingin mengetahui skema pengadaan vaksin oleh klinik. Selama ini klinik mendapatkan anti virus dari puskesmas setempat. Terkait vaksinator, asosiasi juga masih perlu mencari sumber daya manusia dan melatihnya.
Wakil Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia, Noor Arida Sofiana, menyatakan baru mendapat sosialisasi secara umum dari Kementerian Kesehatan pekan lalu terkait program imunisasi. "Ini akan dilanjutkan dengan persiapan dan pelatihan," katanya. Namun pihaknya masih menanti petunjuk dan teknis penyimpanan hingga pemberian vaksin.
Arida menuturkan, setiap rumah sakit yang telah berpartisipasi dalam program imunisasi pemerintah selama ini memiliki fasilitas dasar penyimpanan vaksin. Namun anti virus Covid-19 merupakan barang baru dan berpotensi membutuhkan penanganan hingga pengawasan yang berbeda. Itu sebabnya tenaga kesehatan harus mempelajari dan memahami produknya terlebih dahulu.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyatakan imunisasi Covid-19 akan diberikan kepada 107 juta orang berusia 18-59 tahun. Satu orang rencananya akan menerima dua dosis sehingga total kebutuhannya mencapai 214 juta dosis. Dengan mempertimbangkan potensi kerusakan vaksin hingga 15 persen, pemerintah akan mengadakan 246 juta dosis vaksin.