Menurut dia, aliran modal dari negara maju juga mulai masuk ke pasar saham di negara berkembang, khususnya Indonesia. Dana asing tercatat nett buy atau beli bersih saham sebesar Rp 4,48 triliun dalam sebulan terakhir sebagai bukti negara berkembang lebih diminati dari aset aman atau safe haven. Kemudian, berita progress uji coba vaksin Covid-19 oleh Pfizer juga membuat emas semakin ditinggalkan.
"Apalagi kalau sampai berhasil diproduksi secara massal pada awal 2021, ini bisa membuat optimisme pasar tumbuh," ujar Bhima.
Ia memperkirakan harga emas akan terkoreksi meskipun tipis pada beberapa bulan ke depan sambil menunggu indikator yang lebih komprehensif terkait pemulihan ekonomi global dan penanganan pandemi Covid-19. Bhima memprediksi harga emas akan berada di kisaran Rp 800 ribu-850 ribu per gram sampai akhir tahun. Namun, ujar Bhima, prediksi harga emas tersebut masih fluktuatif.
"Kalau ada kabar negatif dari gelombang kedua Covid-19 di Eropa atau kebijakan Biden dianggap belum memadai untuk menstimulus ekonomi AS, emas bisa rebound," tutur Bhima.
Baca: Emas 23 Karat Jadi Favorit Pembeli karena Harganya Dinilai Stabil
LARISSA HUDA