Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono berujar sejak pertengahan September, harga emas atau XAUUSD bergerak konsolidatif pada range US$ 1.840-2.000 per ons troi. Menurut dia, berbagai isu fundamental jangka pendek menjadi faktor pendorong, seperti tarik ulur stimulus ekonomi, isu pemilihan presiden, gelombang kedua Covid-19, hingga vaksin di AS.
"Namun, sebenarnya siapapun presidennya emas potensial menguat pada jangka menengah atau pun jangka panjang," tutur Wahyu.
Wahyu berujar, mata uang dolar AS akan cenderung melemah jika kondisi beberapa tahun belakangan berlanjut, seperti kebijakan stimulus pemerintah AS dan perang dagang (anti globalisasi) berlanjut.
Sedangkan jika Biden yang menang, perang dagang mungkin akan mereda. Namun, kecenderungan stimulus pemerintah akan sangat besar dan defisit belanja negara akan makin bengkak yang berujung pelemahan dolar AS juga.
"Dalam analisis saya, secara teknikal dan fundamental, emas masih akan menguat dalam jangka menengah atau panjang. Pelemahan dolar AS terpaksa akan menjadi opsi kebijakan bagi siapapun presidennya," ujar Wahyu.
Peneliti Institute For Development of Economics and Finance Bhima Yudhistira Adhinegara berujar penurunan harga emas disebabkan oleh sinyal pemulihan ekonomi di beberapa negara maju khususnya AS. Selain itu, sentimen positif di pasar saham global akibat Biden Effect membuat investor mulai berani masuk ke aset yang lebih berisiko seperti saham.