TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 yang disertai dengan kebijakan lockdown di sejumlah negara memukul industri penerbangan, tak terkecuali Emirates Group. Perusahaan ini mencatat kerugian tengah tahun untuk pertama kalinya selama lebih dari 30 tahun senilai US$ 3,8 miliar atau sekitar Rp 53,9 triliun (kurs Rp 14.203 per dolar AS).
Chairman dan Chief Executive Emirates Airline dan Group Yang Mulia (YM) Sheikh Ahmed bin Saeed Al Maktoum menyebutkan keuangan perusahaan memburuk karena sejak awal tahun ini sejumlah negara memberlakukan lockdown. Walhasil, lalu lintas penumpang udara berhenti total.
Selama pandemi ini, pendapatan Emirates Group jeblok hingga 74 persen menjadi AED13,7 miliar (US$ 3,7 miliar). Padahal tahun lalu perusahaan masih mencatat laba sebesar AED 1,2 miliar (US$ 320 juta).
Kerugian untuk pertama kalinya ini dipengaruhi oleh pembatasan penerbangan dan perjalanan di seluruh dunia yang tidak pernah terjadi sebelumnya. “Dalam situasi yang tidak pernah terjadi sebelumnya di industri penerbangan dan perjalanan, Emirates Group mencatat kerugian tengah tahun untuk pertama kalinya dalam lebih dari 30 tahun,” kata Syeikh Ahmed melalui siaran pers, Kamis, 12 November 2020.
Sepanjang April hingga 30 September 2020, maskapai berbasis di Dubai ini mengangkut 1,5 juta penumpang. Jumlah itu anjlok 95 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.