"Jika dilihat dari teori ekonomi mana pun, produk lokal pasti kualitasnya lebih rendah dan harganya lebih mahal. Jadi, sulit ada insentif untuk membeli produk lokal. Tapi, pandemi COVID-19 telah memberi berkah untuk masyarakat NTB, khususnya dalam memproduksi berbagai produk-produk lokal," ujarnya.
Gubernur mengakui awalnya NTB kurang percaya diri membuat produknya sendiri. Namun, dengan berkah pandemi COVID-19, pelaku UMKM mampu memproduksi masker, hand sanitizer, lemari pendingin bertenaga matahari, hingga motor listrik berteknologi tinggi, mampu diproduksi di NTB.
Pandemi COVID-19 telah mampu membangunkan sekitar lima ribu UMKM/IKM lokal dengan berbagai macam karya dan produknya.
"Kemampuan UMKM dan produk itu sudah ada, jalan selanjutnya untuk mengembangkan produksi lokal harus ditampung oleh BUMDes. Kami membayangkan semua produk lokal itu, etalasenya ada di BUMDes," katanya.
Menurut Zulkieflimansyah, bagaimana pun masyarakat serta pemerintah desanya menyulap dan mendandani desanya tetapi jika BUMDes tidak produktif, maka masyarakat akan sulit mencicipi kesejahteraan.
Namun, jika BUMDesnya maju, maka lapangan pekerjaan bagi masyarakat akan semakin terbuka lebar dan kesejahteraan pun akan dirasakan masyarakat.
"Untuk itu, BUMDesnya juga harus terintegrasi dengan sistem IT untuk memudahkan marketing dan promosinya. Produk UMKM kita yang sudah muncul ini, akan dibeli oleh BUMD provinsi dan distribusi ke BUMDes-BUMDes kita. Mudah-mudahan ikhtiar panjang ini akan menghasilkan keajaiban pada masa yang akan datang," katanya.
Baca: Kemendes Baru Salurkan 38 Persen dari Total Anggaran Rp 71 T