Selain itu, prospek yang semakin menipis dari paket stimulus AS yang besar juga menekan pasar. Pemimpin mayoritas Senat AS Mitch McConnell mengatakan pada Jumat kemarin bahwa statistik ekonomi termasuk penurunan satu poin persentase dalam tingkat pengangguran AS menunjukkan bahwa Kongres harus memberlakukan paket stimulus virus corona yang lebih kecil yang sangat ditargetkan pada efek pandemi.
"Minyak mentah sangat sensitif terhadap ekspektasi stimulus, yang semakin terpukul," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho. “Situasi virus corona adalah indikator permintaan negatif yang bisa Anda dapatkan."
Sementara itu, sentimen dari pandemi Covid-19 yang belum menunjukkan pemulihan datang di antaranya dari Prancis yang melaporkan rekor kasus. Hal ini meningkatkan kekhawatiran bahwa lockdown tambahan di Eropa dapat membebani permintaan bahan bakar.
Adapun kasus virus corona AS melonjak lebih dari 120.000 pada Kamis lalu, menurut penghitungan Reuters, rekor harian kedua berturut-turut meningkat ketika wabah menyebar di setiap wilayah. Italia juga mencatat jumlah infeksi Covid-19 harian tertinggi pada Kamis lalu.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, disebut-sebut bakal menunda mengembalikan pasokan 2 juta barel per hari pada Januari mendatang. Hal ini dilakukan merespons permintaan yang lebih lemah setelah serangkaian lockdown baru.
ANTARA
Baca: Analisis Bank Dunia soal Harga Minyak Naik 2 Kali Lipat Meski Pandemi Berlanjut