Menurut dia, sektor e-commerce secara khusus masih menarik bagi investor karena terlihat karena adanya kenaikan tren dari sisi penjual merchant maupun konsumen. Pada semester pertama tahun ini, ujar Bima, ada peningkatan transaksi sebesar dua kali lipat.
"Selain itu, secara horizontal perkembangan e-commerce juga sudah mencakup banyak sektor, selain marketplace C2C (consumer to consumer), B2C (business to consumer), B2B hingga B2G (business to government) juga marak," ujar Bima kepada Tempo.
Untuk menarik perhatian investor, ujar Bima, perusahaan e-commerce perlu melakukan inovasi, baik dari segi bisnis maupun teknologi. Dengan begitu, Bima mengatakan investor bisa bisa menggambarkan besarnya potensi bisnisnya di masa depan. "Karena dengan demikian, investor bisa memperhitungkan besaran dan hasil investasi yang perlu disetujui," ujar Bima.
Chief Marketing Officer (CMO) SiCepat Ekspres Wiwin Dewi Herawati mengatakan industri pengiriman ekpres sedikit diuntungkan selama pandemi karena perkembangan ekosistem e-commerce.
Namun, Wiwin berujar perusahaan tetap membuat prioritas penggunaan modal, antara lain untuk ekspansi bisnis dan menambah infrastruktur. "Selain itu, perusahaan juga harus memikirkan return of investment (RO)," kata dia.
Chief Executive Officer (CEO) Cashlez Tee Teddy Setiawan mengatakan salah satu cara untuk menjaga kepercayaan investor adalah dengan "go public" pada pertengahan tahun lalu. "Dengan go public, ini salah satu bentuk konkret untuk investor eksisting dan yang akan datang," kata dia. Selain itu, TEddy mengatakan perusahaan juga fokus pada diversifikasi produk, pertumbuhan, dan juga efisiensi biaya.
Baca: 12 Startup Selesaikan Accelerator Batch 7 GK-Plug and Play
LARISSA HUDA