TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan Indonesia saat ini hanya menjadi tukang stempel produk halal. Pasalnya, meskipun merupakan konsumen terbesar produk halal dunia, Indonesia masih banyak memenuhi kebutuhannya dari impor.
"Sayangnya Indonesia masih banyak mengimpor produk halal dari luar negeri. Indonesia selama ini hanya menjadi konsumen dan juga tukang stempel produk halal yang diimpor," ujar Ma'ruf dalam webinar, Sabtu, 24 Oktober 2020.
Soal sertifikat halal dunia, Ma'ruf mengatakan lebih dari 50 lembaga sertifikasi halal dunia memperoleh pengakuan atau endorsement dari Indonesia. "Jadi Indonesia memang tukang stempel, tukang mengesahkan produk halal di berbagai negara dunia."
Padahal, kata Ma'ruf, Indonesia sebagai negara berpenduduk 267 juta jiwa dan merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar 87 persen dari total populasi. Artinya, Indonesia merupakan pasar yang sangat menentukan dalam perdagangan produk halal dunia.
"Pada tahun 2018, Indonesia membelanjakan US$ 214 miliar untuk produk halal, atau 10 persen dari pangsa produk halal dunia dan merupakan konsumen terbesar dibanding negara mayoritas muslim lainnya," kata Ma'ruf.
Di sisi lain, Ma'ruf berujar pasar halal global memiliki potensi yang sangat besar. Pada 2018, konsumsi produk pasar halal dunia mencapai US$ 2,2 triliun dan akan terus berkembang menjadi 3,2 triliun US$ pada 2024.
"Kita harus mampu memanfaatkan potensi pasar halal dunia ini dengan meningkatkan ekspor yang saat ini masih baru berkisar 3,8 persen dari total pasar halal dunia," ujar Ma'ruf. Saat ini, berdasarkan Global Islamic Economic Report 2019, eksportir makanan minuman halal terbesar dunia adalah Brasil dengan nilai US$ 5,5 miliar, disusul Australia US$ 2,4 miliar.
Baca: Ma'ruf Amin Soroti RI Masih Jadi Konsumen Terbesar Produk Halal Dunia