TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati senang karena makin banyak kelompok muda atau generasi milenial yang melek dengan Surat Berharga Negara (SBN). Saat ini, puluhan ribu anak milenial (kelahiran 1980 sampai 2000) tercatat sudah menjadi investor di instrumen surat utang negara, seperti sukuk maupun non-sukuk.
"Cukup menggembirakan, naiknya tinggi banget," kata Sri Mulyani dalam acara Capital Market Summit and Expo pada Senin, 19 Oktober 2020.
Menkeu menyatakan kendati dana yang dimiliki kelompok investor milenial ini masih minimalis, yaitu Rp500 ribu sampai Rp1 juta, tapi jumlahnya sangat banyak. Kondisi itu berbanding terbalik dengan generasi Baby Boomers (generasi kelahiran 1940-an hingga 1960-an). "Jumlahnya (investor) kecil, belinya banyak," ujarnya.
Tren kenaikan pembelian surat utang oleh milenial ini sebenarnya sudah terjadi setidaknya sejak tahun lalu. Pada Februari 2019, generasi milenial mendominasi 51,74 persen pembelian Sukuk Tabungan ST-003.
Beberapa waktu lalu, PT Mandiri Sekuritas menyampaikan 70 persen investor yang membeli SBN merupakan generasi milenial. Bahkan, 60 persen dari nasabah Mandiri Sekuritas berasal dari kelompok generasi ini.
Dengan kondisi tersebut, Sri Mulyani berkomitmen untuk terus melakukan penerbitan surat utang yang bisa diakses oleh kelompok milenial. "Kami akan terus melakukan pendalaman dari basis investor," tutur Menkeu.
Komitmen ini disampaikan di tengah proporsi utang Indonesia yang akan semakin naik di tahun depan untuk memulihkan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Pada 2019, rasio utang Indonesia berada di posisi 30,5 persen terhadap PDB.
Memasuki 2020 utang negara akan naik menjadi 38,5 persen. Ini terjadi karena defisit anggaran diperlebar dari 2,3 persen menjadi 6,3 persen. Tahun 2021 utang Indonesia dipatok sebesar 41,8 persen terhadap PDB.
Baca juga: 5 Tips Investasi untuk Milenial, Salah Satunya: Fokus ke Tujuan
FAJAR PEBRIANTO