Menurut ustad yang biasa disebut UYM ini, kunci merger bank syariah ini ada pada valuasi. Berapa valuasi BNI Syariah dan Mandiri Syariah per lembar sahamnya, dan berapa valuasi saham di BRIS. Setelah valuasi terhitung, barulah share swap terjadi.
Metode valuasi pun ada berbagai macam, tapi ia menganggap Net Asset Value (NAV) per lembar saham adalah yang paling adil. Secara persentase, kepemilikan saham publik akan terdilusi, tetapi jumlah sahamnya tetap. "Diperkirakan NAV BRIS juga tidak akan melonjak sendirian karena akan merugikan BBNI dan BMRI yg mana ada pemegang saham publiknya," papar UYM.
Namun, kata Yusuf Mansur, kenaikan saham BRIS masih ada karena potensi pertumbuhan bisnis ke depannya semakin kuat. Pada penutupan perdagangan Rabu 14 Oktober 2020 kemarin, saham BRIS lagi-lagi menempati posisi top gainers dengan penguatan 24,89 persen menjadi Rp1.405 per saham. "Disclaimer On. Hanya Allah SWT yang Maha Sempurna dan Maha Benar," tutupnya
Sebagai informasi, menurut sumber Bisnis, skenario merger bank syariah BUMN akan dilakukan melalui penyertaan modal langsung ke PT Bank BRI Syariah Tbk. dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Ekuitas dari PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah akan dihitung sebagai penyertaan.
Dalam skema rights issue tersebut, perhitungan akhir PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai induk BSM, akan mendapatkan porsi saham sekitar 50,7 persen. Adapun, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. masing-masing mendapat porsi sekitar 24 persen.
Saham publik BRI Syariah yang akan dijadikan entitas cangkang (surviving entity) dalam aksi korporasi itu mencapai 18,34 persen atau 2.623.350.600 lembar dengan kapitalisasi pasar Rp 10,93 triliun.
Baca juga: Saham BRI Syariah Naik 25 Persen Pasca Pengumuman Merger
BISNIS