Aset tembus Rp 220-225 triliun
Proses merger bank syariah Himbara akan menyatukan aset milik ketiga anak usaha bank BUMN yang diperkirakan mencapai Rp 220-225 triliun. Dengan demikian, setelah merger, bank syariah himbara digadang-gadang tergolong sebagai sepuluh bank syariah terbesar secara global berdasarkan kapitalisasinya.
Bahkan, bank syariah himbara didorong menjadi bank dengan potensi kapitalisasi market terbesar, yang pada 2025 akan mengantongi aset Rp 395 triliun. Sedangkan target pembiayaan pada lima tahun mendatang mencapai Rp 272 triliun dengan pendanaan Rp 355 triliun.
Bidik penjualan sukuk global
Bank syariah himbara akan mengincar market untuk penjualan surat utang atau sukuk global setelah ketiganya berhasil melakukan penggabungan pada Februari 2021. “Seperti global sukuk, tentu pasarnya cukup banyak,” ujar Hery.
Saat ini, ia mengakui perbankan syariah di Indonesia masih tertinggal dalam mengeksplorasi pasar sukuk. Padahal, bank syariah memiliki pasar yang besar di negara-negara Islam, seperti di Timur Tengah.
Tak ada PHK karyawan
Hery menjamin merger bank syariah tidak akan berbuntut terhadap pemutusan hubungan karyawan atau PHK. “Bank hasil merger siap bersaing dengan bank syariah Indonesia maupun global. Kami pastikan tidak ada pengurangan karyawan karena akan menjadi satu keluarga besar,” ujar Hery.
Seluruh karyawan dari ketiga bank akan ikut membangun perusahaan dan membesarkan entitas. Selain karyawan, Hery meyakinkan aksi korporasi tidak akan berdampak terhadap perubahan-perubahan yang merugikan nasabah.
“Sampai hari ini tidak ada perubahan apa-apa. Nasib nasabah masih sama saja karena belum legal merger,” tuturnya.
Masih tertinggal dengan negara lain
Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Erick Thohir mengungkapkan alasan pemerintah berinisiatif menggabungkan tiga bank syariah nasional. Ia menjelaskan, sebagai negara dengan populasi umat muslim terbesar dunia, Indonesia masih tergolong tertinggal dengan negara Islam lainnya. “Dan kita harus bangkit,” ujar Erick Thohir.
Di tengah masa krisis karena pandemi, dia pun berharap pasar keuangan syariah akan memperkuat pemulihan ekonomi nasional. Erick mengatakan sistem bank syariah yang mengutamakan keadilan dan transparansi membuat perbankan mampu bertahan di era kritis, bahkan menorehkan kinerja positif.
Langkah ini dinilai menjadi panggilan bagi ekonomi syariah untuk mendorong kemakmuran masyarakat. Di samping itu, Erick menyebut sebagai negara dengan populasi umat muslim terbesar di dunia, sudah semestinya Indonesia memiliki bank syariah yang kuat. “Indonesia harus bisa menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah di dunia,” katanya.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA