TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perindustrian mencatat bakal ada 12 perusahaan yang masuk untuk menanamkan investasi di sektor manufaktur sepanjang periode 2019-2023. Berdasarkan data yang tercatat di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), total investasi yang akan masuk itu senilai Rp 1.048,04 triliun.
Adapun sektor yang dilirik adalah industri permesinan dan alat mesin pertanian, industri kimia hulu, industri kimia hilir dan farmasi, industri logam (non-smelter), industri smelter, industri elektronika dan telematika, serta industri makanan hasil laut dan perikanan. Berikutnya, industri minuman, tembakau dan bahan penyegar, industri tekstil, kulit dan alas kaki, industri alat transportasi (otomotif), industri bahan galian non logam, serta industri hasil hutan dan perkebunan.
“Kami siap kawal realisasi investasi ini, karena tentunya akan sangat membantu pada program substitusi impor,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan tertulis, Sabtu, 26 September 2020.
Kementerian Perindustrian saat ini tengah berfokus mewujudkan program substitusi impor sebesar 35 persen pada tahun 2022. Target ini diakselerasi guna mendorong pemulihan ekonomi nasional akibat dampak pandemi Covid-19.
Agus sudah menghitung jumlah investasi yang dibutuhkan untuk mengalihkan 35 persen impor barang input sektor manufaktur ke produksi dalam negeri. Ia mengatakan, total kebutuhan investasinya sebesar Rp 197 triliun, dengan nilai target produksi Rp 142 triliun, dan biaya investasi Rp 55 triliun. “Target produksi ini adalah untuk struktur biaya di luar proses produksi, seperti perizinan, pengadaan lahan dan lainnya,” kata dia.
Apabila investasi itu terealisasi, ujar Agus, akan tercipta sebanyak 397.000 peluang kerja tambahan. Penambahan ini setingkat dengan peningkatan 6 persen ketenagakerjaan di sektor manufaktur. “Kami bertekad untuk menjaga aktivitas sektor industri di tengah masa pandemi saat ini, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan secara ketat dan disiplin.”
Ia memastikan, industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang dapat diandalkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Sepanjang triwulan II tahun 2020, sektor industri masih memberikan kontribusi terbesar pada struktur produk domestik bruto (PDB) nasional dengan mencapai 19,87 persen.
Baca juga: Airlangga Hartarto: Investasi Rp 8,2 T Siap Masuk Kepri, Butuh 1.500 Pekerja