TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa Bursa Efek Indonesia atau BEI Laksono Widodo menjelaskan beberapa faktor yang menjadi penekan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari Senin kemarin, 21 September 2020.
Laksono menyebutkan salah satu sentimen negatif datang dari bocornya data The Financial Crimes Enforcement Network atau FinCEN yang mempengaruhi semua bursa dunia. Kabar itu juga mempengaruhi pasar modal dalam negeri kemarin.
“(Selain FinCEN) dan juga kemungkinan lockdown baru di Eropa,” kata Laksono kepada Bisnis, Senin, 21 September 2020.
BEI mencatat IHSG terkoreksi 1,183 persen atau 59,86 poin ke level 4.999,360 pada penutupan perdagangan Senin kemarin. Indeks kembali ke zona merah setelah berhasil rebound penutupan akhir pekan lalu.
Adapun total nilai transaksi perdagangan di seluruh papan perdagangan mencapai Rp 6,78 triliun. Investor asing tercatat mencetak net sell atau jual bersih Rp 311,14 miliar.
Sektor saham industri dasar menjadi penekan utama indeks dengan koreksi 2,2 persen diikuti sektor saham infrastruktur 2,17 persen. Sektor saham pertanian menjadi satu-satunya yang bergerak ke zona hijau dengan naik 1,27 persen.
Hal senada disampaikan Head of Research Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi. Ia menyebut bursa Eropa melemah pada awal perdagangan Senin kemarin. Kabar FinCEN Files telah menekan saham HSBC Holding Plc jatuh ke level terendah sejak 1995 dan saham bank Eropa berguguran.
Lebih jauh, Lanjar menyebut adanya laporan kasus virus yang meningkat di seluruh Eropa. Ada spekulasi yang berkembang bahwa London akan menerapkan lockdown untuk kedua kalinya.
BISNIS
Baca: IHSG Longsor Tinggalkan Level 5.000, Terimbas Kebocoran Data FinCEN