TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto mewaspadai kondisi surplus perdagangan akibat turunnya impor yang lebih dalam dari periode sebelumnya. Agus mengatakan kondisi itu udah terjadi pada perdagangan beberapa komoditas pada 2019, misalnya komoditas lemak dan minyak hewan atau nabati, mesin dan perlengkapan elektronik, kendaraan dan bagiannya, logam mulia dan perhiasan, serta pakaian dan aksesori.
"Itu menjadi penyumbang surplus neraca perdagangan non-migas terbesar, namun kita harus waspada karena surplus disebabkan oleh impor yang turun lebih dalam dari periode sebelumnya," ujar Agus dalam konferensi video, Ahad, 20 September 2020.
Pada tahun ini kondisi tersebut juga terjadi kembali. Neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari hingga Agustus 2020 tercatat surplus US$ 11,05 miliar. Catatannya, ekspor pada periode tersebut adalah sebesar US$ 103,15 miliar atau turun 6,51 dari periode yang sama tahun lalu. Sementara, impor tercatat US$ 92,10 miliar, turun 18,06 persen dari tahun lalu atau lebih dalam dari penurunan ekspor.
Kendati demikian, Agus bersyukur neraca perdagangan masih positif di tengah pandemi. "Di tengah perlambatan ekonomi dan perdagangan global, serta kondisi pandemi covid-19, neraca perdagangan Januari hingga Agustus 2020 alhamdulillah masih menghasilkan surplus US$ 11,05 miliar, lebih baik dari periode yang sama tahun lalu, yang defisit US$ 2,06 miliar."
Agus mengatakan 7 produk unggulan non-migas sepanjang tujuh bulan ini adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan atau nabati, besi dan baja, logam mulia dan perhiasan, mesin dan perlengkapan elektronik, kendaraan dan suku cadang, serta karet dan barang turunannya.