Selain udang vaname, SUPM Bone mengekspor 15 ton bayi tuna yang diolah dalam bentuk beku utuh dengan tujuan negara ekspor Jepang. Untuk melaksanakan panen udang dan ekspor produk tuna-tongkol-cakalang, Nurdin menjelaskan perlu kerja sama dan dukungan terhadap komoditas yang dikelola. Musababnya, kegiatan ini tergantung pada perubahan musim.
Adapun Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja menyampaikan apresiasinya terhadap keberhasilan panen SUPM Bone.
“Jadikan kegiatan ini menjadi sebuah tradisi di seluruh satuan pendidikan kelautan dan perikanan untuk meningkatkan produktivitas budidaya, terutama dari komoditas udang,” ujar Sjarief.
Sjarief menerangkan, Bone bernaung di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 713 yang meliputi Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali. WPP ini terkenal kaya dengan sumber daya perikanan seperti ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan karang, ikan demersal, udang penaeid, cumi-cumi, rajungan, kepiting, lobster, dan rumput laut.
Menurut dia, potensi sumber daya perikanan tersebut harus didukung dengan diversifikasi produk agar dapat meningkatkan nilai tambah. Sjarief berharap pengolahan hasil laut bisa menjadi salah satu komoditas penggerak sektor ekonomi nasional, terutama di masa pandemi.
Baca juga: Luhut Sebut RI Akan Gencarkan Ekspor Udang ke Amrik hingga Cina
FRANCISCA CHRISTY ROSANA