Alih-alih hanya mendukung revitalisasi layanan, Risal memastikan calon investor juga disuguhi berbagai opsi baru pemanfaatan lahan. Untuk terminal tipe-A, dia mencontohkan, pemodal bisa membangun ulang kawasan dengan desain unsolicited alias prakarsa sendiri.
Ada juga opsi KSP hanya di sebagian lahan, serta fleksibiltas pembangunan fasilitas sesuai perubahan pola pergerakan penumpang. “Di Pekalongan terminal dikembangkan dengan APBN, dan swasta bisa membangun gedung pertemuan, pusat usaha kecil menengah, dan sebagainya,” ucap dia.
Pola yang sama diterapkan untuk tawaran KSP UPPKB alias jembatan timbang. Saat ini terdapat 80 dari total 141 jembatan timbang milik Kemenhub yang masuk daftar penawaran. Menurut Risal, terdapat 50 aset dari jumlah tersebut yang tak lagi bisa dioperasikan.
“Ada 50 yang harus relokasi dan 10 harus tutup,” katanya. “Yang tutup ini ditawarkan ke swasta agar bisa dijadikan terminal barang atau rest area.”
Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Budi Setiyadi, memastikan terus menjajaki peluang keterlibatan calon investor untuk proyek lembaganya. “Sementara KSP berjalan di Sukabumi dan Pekalongan dulu, pengembangan yang lain masih bisa dengan APBN.”