TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Penasihat Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Chatib Basri mengatakan fintech peer to peer lending atau platform pendanaan bersama bakal menghadapi berbagai tantangan pada masa mendatang. Salah satunya terkait bunga yang dimungkinkan makin turun saat pemain di industri ini bertambah.
“Kalau Anda bicara tingkat bunga ke depan, ini bisa turun apalagi kalau player bertambah, mau tidak mau orang makin banyak punya pilihan,” tutur Chatib yang menjabat sebagai Menteri Keuangan periode 2013-2014 dalam diskusi virtual Asosiasi fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Kamis, 3 September 2020.
Bank Indonesia mendefinisikan fintech sebagai gabungan antara jasa keuangan dan teknologi yang mengubah model bisnis dari konvensional menjadi moderat. Transaksi pendanaan melalui fintech bisa dilakukan melalui jarak jauh dan dilaksanakan dalam hitungan detik saja.
Dalam perkembangannya, Chatib Basri mengungkapkan tantangan lain yang akan dihadapi industri ini ialah kebutuhan terhadap penetrasi jaringan telekomunikasi yang semakin luas. Menurut Chatib, industri perlu memperkuat basis infrastruktur teknologi bila peminat fintech semakin besar.
Chatib mengungkapkan, fintech peer to peer lending memang memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan industri konvensional. Biaya transaksi fintek, tutur Chatib, lebih rendah ketimbang perusahaan konvensional.
Sebab, tidak seperti perusahaan-perusahaan lama, fintech tidak perlu membuka cabang untuk menjangkau nasabah di berbagai daerah. Selanjutnya, fintech memiliki penilaian kredit atau credit scoring yang lebih bagus yang membuat biaya pemantauannya lebih kecil.
“Ini membuat mereka yang tadinya tidak punya akses(pendanaan) jadi punya. Sementara kalau (industri) konvensional, mereka terkendala misalnya soal agunan,” ucapnya.
Di samping itu, jangkauan fintech lebih luas ketimbang industri konvensional. “Jadi suka enggak suka, larinya ke digital teknologi,” katanya.