TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah melonjak 1,5 persen selama sepekan terakhir dan menembus level tertinggi sepanjang lima bulan tanpa gejolak berarti. Meski begitu, harga minyak dibayangi koreksi karena produsen mulai menggenjot produksi setelah fasilitas minyak terhindar dari Badai Laura.
Minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak Oktober 2020 ditutup di level US$ 45,05 per barel di akhir pekan. Adapun minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober ditutup di US$ 42,97 per barel.
Secara khusus, harga minyak WTI naik empat minggu beruntun. Harga naik karena produsen minyak AS memangkas produksi menjelang Badai Laura, sebuah badai yang mendekati tingkat Badai Katrina pada 2005.
“Perdagangan minyak menguat di awal pekan karena mengantisipasi Badai Laura. Ternyata setelah badai datang, dampaknya terbatas pada produksi minyak di lepas pantai dan aktivitas penyulingan, ujar Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates, Sabtu, 29 Agustus 2020.
Sementara itu, Analis Eugen Weinberg dari Commerzbank mengatakan pasar minyak memiliki volatilitas rendah yang luar biasa panjang. Hal ini berbeda dengan pasar saham yang mana sejak menyentuh titik nadir di Maret 2020, Wall Street sudah naik 50 persen.