TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad memperkirakan resesi tidak bisa dihindarkan di 2020. Namun, kata dia, sebagian pengambil kebijakan tidak melihat potensi resesi yang akan terjadi.
"Bagi masyarakat kelompok menengah ke bawah mereka sudah akan kehilangan pendapatan, pekerjaan, harapan hidup dan problem besar lainnya yang tidak bisa diantisipasi oleh pemerintah," kata Tauhid dalam diskusi virtual, Kamis, 27 Agustus 2020.
Ia lalu mengingatkan semua pihak, bahwa resesi memiliki implikasi yang besar bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, perlu ada antisipasi yang dilakukan.
Dia menuturkan sejumlah sinyal bahwa akan terjadi resesi sebetulnya sudah terlihat di beberapa tempat kebijakan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB diberlakukan. Kebijakan itu sangat mempengaruhi sendi-sendi perekonomian dibandingkan pemulihan ekonomi itu sendiri.
Per triwulan I 2020, Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 2,97 persen. Sedangkan pada triwulan II 2020, pertumbuhan ekonomi minus 5,3 persen.
Namun sebenarnya, kata Tauhid, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II minus 10,34 persen, lebih dalam dari yang disampaikan pemerintah. "Kalau dibandingkan kondisi normal itu minus 10,34 persen," kata dia. Oleh karena itu, untuk menuju posisi normal perekonomian, Indonesia berat sekali atau membutuhkan effort yang besar.
Baca juga: Cegah Resesi, Jokowi: Jangan Sampai Investasi Tumbuh Minus di Atas 5 Persen