“Pada triwulan II tahuh 2020, industri pengolahan nonmigas mengalami kontraksi sebesar 5,74 persen. Namun demikian, kontribusinya terhadap PDB masih terbesar dengan capaian 17,83 persen,” ungkapnya.
Selanjutnya, ekspor sektor industri pada periode Januari-Juli mengalami surplus sebesar US$ 5,19 miliar. Sedangkan investasi sektor industri pada semester I-2020 mengalami peningkatan 23,9 persen menjadi sebesar Rp 129,56 triliun bila dibandingkan periode yang sama tahun 2019. “Capaian-capaian positif di sektor industri harus kita jaga dan kinerjanya terus ditingkatkan,” ujarnya.
Berkaitan dengan pengembangan sentra IKM, Agus mengatakan kementeriannya akan memfasilitasi matchmaking antara produk dari petani dan nelayan agar terserap oleh IKM. Program tersebut menindaklanjuti perintah Presiden dalam rangka fasilitasi program Beli Produk Rakyat.
"Pada tahun 2020 ini terselenggara kegiatan di 4 lokus. Kami mengusulkan anggaran program tersebut sebesar Rp174 Miliar pada tahun 2020, yang akan melibatkan 90 IKM dengan target 540 tenaga kerja,” ujar Agus
Program selanjutnya yang diusulkan oleh Kemenperin, yakni pembangunan digital capability center atau Pusat Informasi Digital Industri 4.0 (PIDI 4.0) agar bisa selesai tepat waktu, karena didukung dengan minat industri-industri berskala besar untuk berpartisipasi di dalamnya. Sambil menunggu pembangunan fisik PIDI 4.0, Kemenperin juga telah membangun satelit PIDI 4.0 di berbagai daerah.
Selain itu, Kemenperin mengakselerasi pembangunan kawasan industri Teluk Bintuni. Menurut Agus, pihaknya mengusulkan agar program pengembangannya bersifat multiyears menggunakan APBN. “Kami menargetkan, pembangunan infrastruktur bisa dilakukan pada 2021 dan para tenant bisa mulai berproduksi di tahun 2023.”
Baca juga: Kawasan Industri Manufaktur Pantura, Subang dan Batang Masuk dalam Koridor
CAESAR AKBAR