Perusahaan juga mengembangkan bisnis laundry. Bisnis yang awalnnya hanya melayani pencucian linen dan selimut maskapai pelanggan kini tumbuh berkat kerja sama dengan sejumlah jaringan hotel.
Strategi yang sama juga dilakukan penyedia jasa perawatan pesawat, PT GMF AeroAsia Tbk. Perusahaan mulai mengembangkan lini bisnis non aviasi yang porsinya baru 10 persen saat ini. Direktur Utama GMF AeroAsia, I Wayan Susena menyatakan salah satu yang potensial adalah perawatan turbin pembangkit listrik. "Bisnis ini memiliki profitability yang cukup baik," ujarnya. Diversifikasi usaha juga dilakukan dengan mengembangkan pasar private dan business jet serta kargo.
Wayan mengatakan diversifikasi usaha penting lantaran industri perawatan dan perbaikan persawat atau maintenance, repair, and overhaul (MRO) sangat terdampak pandemi. Penerbangan domestik menurun drastis sementara konsumen dari luar negeri terganjal masuk ke Indonesia karena alasan kesehatan.
Menurut Wayan, layanan MRO yang banyak dilakukan GMF saat ini hanya perawatan prolong inspection untuk pesawat yang tidak terbang. Layanan ini diberikan agar pesawat siap digunakan untuk terbang kapanpun, terutama jika keadaan sudah kembali normal.
Sementara itu penyedia jasa navigasi penerbangan, Airnav Indonesia, mengaku tak memiliki anak usaha sebagai sumber pendapatan lain. Juru Bicara Airnav Indonesia, Yohanes Sirait, menyatakan perusahaan mengandalkan efisiensi untuk bertahan. "Selama pandemi pendapatan turun sekitar 70 persen," katanya.